Pertanian Alami Solusi Petani di Era Milenial



malam, (sabtu/22/juni/2019) diskusi dikelurahan galung kabupaten majene, provinsi Sulawesi barat. Berlangsung begitu elok, mengawali malam dengan diskusi bersama peserta di ruang sederhana rumah salah satu warga petakean dengan niat mencoba menjawab problematika yang melilit rutinitas dalam bertani, mencoba munguliti sejauh mana petani mampu menerawang realitas yang dialami petani saat ini. 

Beberapa tanggapan petani sangat menarik dan tentunya objektif karena itu berdasarkan pengalaman mereka sendiri di antaranya adalah petani masih sangat ketergantungan terhadap fasilitas yang disediakan pemerintah seperti pestisida dan sebagainya sehingga mengungkung nalar kreatif masyarakat untuk mengembangkan potensi (SDM) sumber daya alam sehingga potensi local sangat mudah di bawah arus peradapan zaman globalisasi ucap salah satu petani.

Berbagai masalah yang dilontarkan petani dalam hal ini diantaranya hama yang semakin membludak, penyakit yang semakin kebal, sehingga para petani tidak banyak yang beralih profesi hingga merantau keluar daerah meninggalkan daerah sendiri, itu baru gambaran kecilnya saja yang mampu saya amati sejauh ini. 

Namun pertanyaanya adalah apakah merantau selalu menjadi alterantif  keluar dari masalah akibat himpitan biaya finansial ekonomi yang semakin tinggi? Apakah itu satu-satunya solusi dari sekian banyak solusi? Atau Apakah menambah dosis pestisida yang kita gunakan atau menganti merek yang pernah kita pakai diganti dengan merek baru di setiap pergantian panen adalah solusinya? Akibat kurangnya pengaruh signifikan lagi merek pestisida yang pernah kita gunakan sebelumya?. Sampai kapan petani harus menunggu olahan pabrik berevolusi menciptakan prodak-prodak unggulan baru? Kapan petani mampu berevolusi sendiri? Tentunya ini jawabanya tidak jauh-jauh dari petani itu sendiri.

Pemateri dari bina desa jhon pluto dulingga, mengatakan bahwa awal ketergantungan petani adalah di awali dengan semenjak petani mulai menerima bantuan baik itu bersifat subsidi maupun non subsidi, ia menilai bahwa petani yang sering diberikan bantuan adalah gaya seorang pengemis, artinya bahwa petani tidak boleh hanya mengadahkan tangan dan menunggu perpanjangan tangan pabrik-pabrik yang semakin massif merongrong kantong petani, sehingga paradigma semacam ini sudah tidak zaman atau kuno di era milenial ini, kata tegas yang di lontarkan semakin memporak porandakan semangat petani bahwa petani harus mulai berani keluar dari zona nyaman dan berani bertarung gagasan dengan prodak-prodak pabrik dan membuat pabrik sendiri berbasisis kekuatan pengorganisasian.

Sejatinya bahwa potensi alam kita harus mampu diakomodir dan dikelola secara baik oleh penduduk stempat sendiri, untuk itu petani harus cerdas melihat dan bercermin melihat kembali bagaimana nenek moyang pernah bertani, lihat amati dan modifikasi (ATM) petani harus berevolusi tidak hanya menerima saja dan menjalankan hasil revolusi.

Sehingga pertanian alami menjadi sebuah alat kongkrit untuk mencapai sebuah kebebasan dalam bertani dengan memanfaatkan potensi alam yang ada, seperti memanfaatkan limbah dan bahan-bahan yang mudah di dapatkan dan yang pastinya tidak terlalu membabi buta mengorek ngorek tabungan para petani yang belum sempat bersemayam lama sehingga meninggalkan angan saja.

Tinggal sekarang adalah bagaimana membaca, melihat, meneropong, menerawang, dan bertindak adalah poin penting untuk melakukan penyebaran virus di kalangan petani secara massif  dan terorganisir tentunya. 

Petani harus mampu berbicara bahwasanya PT. yang selama ini melekat dan menggantung hidup petani harus di rubuhkan dalam paradigma yang mencekoki.

Tentunya dalam hal ini malakukan pengorganisasian dengan menunggangi pertanian alami tentunya tidaklah mudah, semudah menghirup oksigen hingga menghembuskan hydrogen dipagi hari. Tapi sedari dulu memang masyarakat tidak terdidik sebagai manusia menganut paham pesimisme dengan bukti yang kongkrit bahwa petani masih mampu survive di tengah gejolak perdaban  sehingga yang mesti dilakukan sekarang yaitu aksi, refleksi dan aksi dalam melakukan hal-hal yang positif demi kemajuan disektor pertanian khususnya.

Komentar

Postingan Populer