Aku dan Sekelumit Frame Cantik
Oleh : Nurmiati Jalal.
Jerawat menjadi momok yang sangat menakutkan bagi perempuan, tumbuh sedikit saja bisa membuat girang.
Tapi bagi perempuan, ada hal yang lebih kompleks dan tidak kalah membuat girang dari masalah jerawat dan masalah kulit, yaitu tentang perasaan, kepercayaan diri, kenyamanan, dan perkataan orang yang terdengar bercanda namun diam-diam menusuk sampai lubuk hati yang paling dalam (rekeng).
Saya adalah salah satu orang yang terkena imbas dari adanya jerawat ini, sejak lulus dibangku SMA tepatnya pada tahun 2016 wajah saya mulai ditumbuhi jerawat. Awalnya saya biasa-biasa saja dengan hal tersebut karena menurut saya ini lazim terjadi pada kebanyakan perempuan apalagi menjelang datang bulan, jerawat muncul karena pengaruh hormon, banyaklah kesimpulan betebaran tentang kenapa jerawat bermunculan. Namun seiring berjalannya waktu, jerawat mulai tumbuh subur di wajah saya, Setiap kali melihat cermin rasanya luar biasa, bukan hanya soal jerawat yang meradang dan rasanya yang cenat cenut ketika ia bermunculan tapi yang lebih pedih lagi tentang perkataan dan cemoohan orang, tiap kali bertemu hanya fokus memandangi jerawat. Seakan-akan wajah saya hanya ada jerawat, Seakan-akan wajah saya tidak berhidung, bermata, beralis dan bermulut.
"ihhhh jerawatmu banyak sekali, rawat mukamu, jangan makan ini makan itu" baler ki pasti lagi bla bla bla" begitu yang selalu terngiang-ngiang di telinga saya.
Saya semakin kurang tenang dengan berbagai kesimpulan-kesimpulan itu. Walhasil saya terdorong mencoba berbagai produk untuk menfilter amukan jerawat, mulai dari yang herbal sampai non herbal. Namun dampaknya tidak begitu signifikan, yah paling banter kalaupun ada perubahan itu hanya bertahan beberapa minggu atau bulan saja dan kembali seperti semula Jerawatan lagi, lagi, dan lagi.
Sebagai perempuan yang tumbuh dengan pengertian perempuan itu cantik atau cantik itu relatif. Tetap saja intinya perempuan harus cantik dan cantik itu begini loh standarnya, putih mulus dan seksi hihihi. Jerawat membuat mu tidak cantik!
Saya juga tumbuh dengan melihat iklan yang lalu lalang di televisi ataupun media sosial dengan menawarkan berjuta solusi. Cream, facial wash, masker komedo, sampai totol jerawat semua ada. Semua itu adalah produk untuk menghilangkan jerawat, supaya apa?? Supaya cantik lah, enak dipandang, banyak yang naksir dan teman-teman perempuan mengatakan "ehh muka mu glowing sekali, pake skincare apa cantik? "
Sudut pandang seperti ini juga terkadang mempengaruhi saya, maunya punya wajah glowing, licin, mulus seperti jalanan baru di aspal dan saya tidak usah minder atau merasa jelek sendiri kalau bertemu orang yang wajahnya mulus. Oh Tuhan rasanya ingin menghilang saja jika jerawat merajalela lagi!
Kegundahan para kaum perempuan untuk terlihat menarik membuat mereka selalu berusaha melakukan aneka cara. Perempuan selalu mengusahakan perawatan tubuh yang terbaik dan sayapun demikian mencoba berbagai cara agar terlihat sedikit cantik dan kini sampai pada titik merasa jenuh mengobati jerawat yang membandel.
Saya pikir, bukan lagi tentang cara mengatasi jerawat yang mesti saya dengungkan namun bagaimana saya merubah pola pikir untuk tidak terlalu pusing dengan perkataan orang tentang jerawat, menerima dengan keluwesan hati saya menerima diri saya apa adanya. Mungkin lebih baik begitu!
Yeah cantik bukan melulu soal fisik. Kita terlalu sibuk dengan standar kecantikan yang sebetulnya itu tidak pernah ditetapkan dan jelas keapsahan-nya. Kalau dalam kondisi memikirkan fisik, Kita mungkin lupa bahwa setiap perempuan dititipkan pesona berbeda-beda. Banyak perempuan sibuk memenuhi ketetapan "cantik" berdasarkan stigma yang berkembang, sampai lupa bahwa dirinya sudah cantik sesuai dengan kelebihan yang Tuhan telah titipkan padanya.
Percayalah kita cantik pada proporsi masing-masing, bahkan sangat cantik, melebihi apa yang kita adopsi dalam kepala tentang sebuah standar cantik.
Foto : Nurmiati Jalal, sedang berfose. |
Komentar
Posting Komentar