Surat Untukmu, Dariku!

Bila kau tak mengasihi buat apa datang lagi, engkau tak tahu betapa ia mencekam di hati menguras energi kemudian pergi dan tak mau menoleh lagi.


Hasil yang ingin kau tuai telah engkau temui. Penghujung jalan ini aku bersaksi bahwa apa yang bertebaran mencekam imajinasi ia adalah apa yang pernah di ingkari dan esok akan lebih parah lagi jika tak direfleksi, disadari, dan diantisipasi.


Tahukah kita bahwa ia adalah terang yang dipaksa menjadi gelap, hingga membuat terlelap. Bisa saja ambisi tak mau berkompromi sebab ada banyak hal yang ditemui, persis seperti yang pernah dikritisi walau hanya dianggap sebagai lirik halusinasi.


Waktu yang terlalui akan membuktikan esok hari, kalau ia memang harus dihormati karena ia adalah tumpuan para mahluk bumi, sengaja dijadikan teka teki supaya otak kiri terus berfikir dan disadari bahwa ia bagian sisi paling penting dan intim.


Geriak pagi, siang dan sore hari, semakin menghiasi teka teki, entah siapa yang akan menemui apa yang diwarisi dan tergerak merawat untuk generasi.


Hey, lihat aku ada disini...

Hey, setiap hari aku menanti...

Hey, setiap saat aku menagih...


Sudihkah kamu berbagi kasih untuk hariku yang sepi?


Andai engkau memahami, sayangnya tidak!

Aku terlalu dekat sehingga tidak terlihat.

Aku terlalu biasa hingga tidak disapah.

Aku....


Aahhh, sudahlah percuma panjang lebar, lagian apalah aku ini yang hanya bisa dicemari ditemani kolusi dan polusi.




Komentar

Postingan Populer